Cara Perhitungan Turnover
Turnover atau pergantian adalah keinginan seorang karyawan untuk berpindah, berhenti atau keluar dari tempat bekerja yang dilakukan secara sukarela atau atas kemauan sendiri maupun keputusan dari organisasi. Umumnya turnover dilakukan karena karyawan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Turnover karyawan tidak bisa dihindari, sekalipun sebuah organisasi berkomitmen penuh untuk membuat lingkungan kerja yang bagus, masih ada karyawan yang tetap mengundurkan diri. Turnover sangat merugikan perusahaan karena banyak biaya yang telah dikeluarkan untuk perekrutan karyawan yang dilakukan. Masalah lain yang ditimbulkan oleh turnover adalah turunnya produktifitas disebabkan kehilangan karyawan sampai dengan adanya pengganti karyawan yang baru.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi turnover karyawan dari beberapa sumber buku:
Menurut Mathis dan Jackson (2000:125), turnover karyawan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Berdasarkan kesediaan karyawan, turnover dibagi menjadi dua jenis, yaitu turnover secara tidak sukarela dan turnover secara sukarela:
Berdasarkan tingkat fungsionalnya, turnover dibagi menjadi dua jenis, yaitu turnover fungsional dan turnover disfungsional:
Berdasarkan bentuk pengendalian, turnover dibagi menjadi dua jenis, yaitu turnover yang tidak dapat dikendalikan dan Turnover yang dapat dikendalikan:
Rumus dan Cara Menghitung Asset Turnover Ratio
Rumus dasar untuk menghitung asset turnover ratio adalah:
Untuk menghitung asset turnover ratio, kita perlu dua komponen utama: pendapatan bersih dan total aset rata-rata.
Faktor Penyebab turnover
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya turnover, antara lain yaitu:
Rumus Perhitungan Turnover Karyawan
Turnover dalam suatu perusahaan dapat diukur berdasarkan indeks laju turnover secara kuantitatif dan dinyatakan dalam persentase berdasarkan jangka waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun). Persentase turnover karyawan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Hasibuan, 2012:64):
Dalam dunia bisnis yang kompetitif, efisiensi menjadi kunci kesuksesan. Salah satu indikator penting yang dapat mengukur efisiensi operasional perusahaan adalah Asset Turnover Ratio (ATR). Asset turnover ratio mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan pendapatan.
Karena itu, dalam artikel ini kita akan membahas secara mendalam mengenai analisis asset turnover ratio, mulai dari pengertian, cara menghitung, rumus, hingga analisis mendalam untuk memahami bagaimana rasio ini dapat membantu Anda dalam analisis investasi dan keuangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asset Turnover Ratio
Beberapa faktor dapat mempengaruhi asset turnover ratio, termasuk:
Memahami asset turnover ratio adalah langkah penting bagi setiap investor yang ingin mengevaluasi efisiensi operasional perusahaan dan potensi pengembalian investasinya. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan, membantu dalam membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing dan standar industri. Tren rasio ini dari waktu ke waktu memungkinkan investor untuk mengevaluasi apakah perusahaan terus meningkatkan efisiensi operasionalnya atau tidak, yang merupakan faktor krusial dalam pengambilan keputusan investasi.
Bagi para investor yang mencari platform untuk berinvestasi di berbagai sektor potensial dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), platform securities crowdfunding seperti EKUID adalah solusi ideal. EKUID mempermudah investor untuk mendiversifikasi portofolio mereka dengan berinvestasi di sektor-sektor yang mampu memberikan return investasi hingga 15%. Platform securities crowdfunding tidak hanya menawarkan peluang investasi yang menarik tetapi juga membantu UMKM mendapatkan akses ke pendanaan yang diperlukan untuk berkembang.
Yuk Cek Berbagai Proyek Menarik di EKUID
! Anda Telah Dismiss thread ini, jika ingin melihat thread ini harap menekan tombol undo Undo
Proses Terjadinya Turnover
Fase-fase atau urutan proses terjadinya turnover dapat digambarkan seperti pada diagram di bawah ini:
Pengertian Asset Turnover Ratio
Asset turnover ratio adalah rasio keuangan yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan atau pendapatan. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif aset perusahaan digunakan dalam menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi rasio ini, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya. Rasio ini sering digunakan oleh investor dan analis keuangan untuk menilai kinerja operasional perusahaan.
Secara sederhana, asset turnover ratio adalah jumlah pendapatan yang dihasilkan per unit aset yang dimiliki. Misalnya, jika suatu perusahaan memiliki asset turnover ratio sebesar 2, itu berarti setiap satu unit aset menghasilkan dua unit pendapatan.
Analisis Asset Turnover Ratio
Analisis asset turnover ratio melibatkan evaluasi rasio ini dalam konteks industri, sejarah perusahaan, dan perbandingan dengan pesaing. Beberapa poin penting dalam analisis ini meliputi:
Contoh Perhitungan Asset Turnover Ratio
PT Maju Jaya memiliki pendapatan bersih sebesar Rp500 miliar pada tahun 2023. Total aset perusahaan pada awal tahun adalah Rp1.000 miliar, dan pada akhir tahun menjadi Rp1.200 miliar.
Rata-rata total aset = (Rp1.000 miliar + Rp1.200 miliar) / 2 = Rp1.100 miliar
ATR = Rp500 miliar / Rp1.100 miliar = 0,45
Artinya, setiap Rp1 aset yang dimiliki PT Maju Jaya mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp0,45 pada tahun 2023.
Nilai asset turnover ratio dapat bervariasi antar industri. Oleh karena itu, penting untuk membandingkan ATR perusahaan dengan rata-rata industri atau perusahaan pesaing untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja perusahaan.
ATR Tinggi: Menunjukkan bahwa perusahaan sangat efisien dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan memiliki manajemen aset yang baik dan mampu menghasilkan penjualan yang tinggi dengan investasi aset yang relatif rendah.
ATR Rendah: Menandakan bahwa perusahaan kurang efisien dalam memanfaatkan asetnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelebihan kapasitas produksi, manajemen persediaan yang buruk, atau piutang tak tertagih yang tinggi.